Untuk ide mereka “Tasini”, inisiatif lingkungan Indonesia-Jerman Making Oceans Plastic Free (MOPF) menerima penghargaan tantangan inovasi oleh program lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP). “Clean Seas Innovation Challenge” mengakui solusi yang menjanjikan untuk masalah polusi plastik laut yang dikembangkan oleh siswa dari seluruh dunia. Bersama dengan tiga proyek lain, “Tasini” terpilih dari lebih dari 200 proposal yang diajukan. Penghargaan ini baru-baru ini diberikan di San Diego, AS, sebagai bagian dari Konferensi sampah Laut Internasional.
Salah satu sumber polusi plastik laut terbesar di dunia adalah kepulauan Indonesia. Tahun lalu Cina melarang limbah plastik asing masuk ke negara itu dan mengakibatkan peningkatan jumlah sampah plastik yang dikirim ke negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk Indonesia. Setidaknya 10 Juta kantong plastik digunakan di sebuah kepulauan di setiap harinya. Pengumpulan limbah dan infrastruktur pengelolaan yang berfungsi masih merupakan pengecualian daripada aturan. Kesadaran terhadap Lingkungan masih tergolong rendah. Menargetkan pada akar masalah, para pendiri MOPF mengembangkan ide “Tasini”: tas belanja yang dapat digunakan kembali dari limbah plastik daur ulang dalam bentuk hewan laut. Kura-kura kecil, gurita atau hiu adalah duta lingkungan yang meningkatkan kesadaran tentang polusi plastik dan juga berfungsi sebagai aksesori yang modis. Tas lipat ini tampil sebagai gantungan kunci dan dapat menghemat hingga 400 kantong plastik per tahun – pendekatan yang menyenangkan untuk konservasi alam!
Produksi tas “Tasini” dengan standar lingkungan dan sosial yang tinggi kini telah dimulai di Indonesia. “Kami dapat mengurangi biaya produksi dan dengan demikian menjangkau lebih banyak orang,” pernyataan dari Pak Roger. Bagian dari proyek ini adalah kampanye skala besar untuk meningkatkan kesadaran lingkungan tentang masalah sampah laut. “Kami sedang mengembangkan lm kartun yang menghibur dan mendidik dengan karakter Tasini dan sebuah aplikasi game Tasini,” kata Pak Roger. Rekannya, Bapak Pari, juga senang dengan umpan balik positif dari luar Indonesia: “Kami juga memiliki minat besar di Eropa dan Amerika dan saat ini sedang mempertimbangkan bagaimana kami bisa menggunakan Tasini sebagai pendekatan yang paling efektif di daerah lain untuk mengurangi jumlah kantong plastik yang digunakan. ”
Menurut UNEP, delapan juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahun – jumlah ini sama dengan yang bisa diangkut oleh truk sampah penuh setiap menit. Plastik tidak hilang, hewan laut akan kelaparan dengan perutnya penuh sampah plastik, ekosistem laut terancam, plastik akan hancur menjadi partikel-partikel kecil dan melalui rantai makanan juga mempengaruhi kesehatan manusia.
UNEP meluncurkan kampanye “Clean Seas” pada awal 2017 untuk mengatasi masalah tersebut. “Para pemenang kompetisi Clean Seas telah menunjukkan kreativitas besar dalam mengusulkan solusi untuk salah satu masalah lingkungan paling mendesak saat ini,” kata Direktur Eksekutif Erik Solheim dalam siaran pers UNEP.